Kamis, 16 September 2010

Hikmah Kegiatan Menulis Bagi Guru, Republika, 1 September 2010

Oleh Ajeng Kania, Guru SDN Cibiru 5 Kota Bandung



Senin (16/8) petang, penulis mendapat telepon dari staf Pusat Informasi dan Humas
(PIH) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Dia mengabarkan bahwa artikel penulis di rubrik Akademia, Republika, menjadi salah satu pemenang. Penulis diundang untuk menerima penghargaan dari Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) di Jakarta.

Awalnya, penulis hampir tidak percaya karena tidak sedang mengikuti lomba atau sayembara. Staf PIH menerangkan bahwa dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional 2010, Kemendiknas menyelenggarakan penilaian karya jurnalistik bidang pendidikan pada sejumlah artikel bertema pendidikan yang dimuat di media-cetak dalam kurun waktu satu tahun (Juni 2009 - Mei 2010).

Artikel penulis berjudul "Ciptakan Pembelajaran Menginspirasi", dimuat rubrik Akademia, Republika, Rabu, 10 Juni 2009, terpilih sebagai Pemenang III dari 649 naskah artikel yang dinilai dari berbagai media cetak Tanah Air. Penghargaan itu diberikan untuk karya jurnalistik kategori artikel reguler (nonlomba). Ternyata, artikel guru tentang pendidikan di sejumlah media cetak selama setahun secara diam-diam dikliping oleh PIH dan diberi penilaian oleh tim juri yang ditunjuk.

Tentu suatu kabar menggembirakan terutama bagi guru yang biasa menulis di media cetak. Dalam sekapur sirih pemberian penghargaan, Mendiknas M Nuh mengutarakan bahwa memberikan penghargaan harus ditradisikan Kemendiknas, bahkan kalau perlu dilembagakan sebagai upaya membangun budaya apresiatif positif bagi insan berprestasi.

Sekjen Kemendiknas Dodi Nandika menyatakan, kegiatan ini diberikan bagi insan pers (termasuk guru penulis) yang telah membantu mengedukasi masyarakat melalui karya jurnalistik. Pemberian penghargaan dapat dimaknai dalam tiga dimensi. Yaitu, untuk terus berkarya dan menularkan serta memberi motivasi kepada sejawat, tetap mempertahankan dan menjaga hasil telah dicapai, dan terus-menerus belajar.


Ruang

Bila dicermati, kini sejumlah media cetak memiliki sisipan rubrik khusus guru, seperti Akademia di Republika. Para guru memiliki ruang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikan pendapat tentang hal-hal dialaminya seputar pendidikan.

Pemuatan karya guru di media publik dapat menjadi umpan-balik yang amat positif bagi pribadi guru dalam membangun rasa percaya diri, memiliki kebanggaan dan kepuasan, menjadi pribadi terbuka, dan kesiapan menerima kritik atau pujian.

Pengaruh positif lainnya, mampu memotivasi untuk menghasilkan karya lebih baik lagi, bersifat kritis, dan bersiap diri memperkuat diri menghadapi tantangan. Karena untuk membuat suatu tulisan yang berkualitas dibutuhkan data penunjang. Hal ini akan mendorong untuk terus mencari, menambah pengetahuan dan wawasan, serta senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi.

Oleh karena itu, membaca akan menjadi kebiasaan paling mendasar yang dimiliki para penulis agar kelak menjadi penulis berkualitas. Selanjutnya, berpikir adalah suatu proses menghubungkan data, fakta, atau konsep dari hasil kegiatan membaca. Dari hasil proses berpikir ini akan dihasilkan sintesis-sintesis baru sebagai produk berpikir orisinal dalam bentuk tulisan.

Guru yang sering menulis tidak hanya kaya akan pengetahuan dan berwawasan luas, tetapi juga akan lebih peka terhadap kondisi di sekitarnya. Kepekaan terbentuk karena mereka terbiasa menajamkan mata dan telinga untuk menyimak dan menelisik segala peristiwa yang ada di sekitarnya.

Meskipun dengan menulis membentuk sikap kritis, penulis tidak boleh menghakimi atau berpandangan negatif dalam menanggapi sesuatu. Penulis dituntut untuk meneliti apa yang ada di balik suatu kejadian, menguraikannya, dan menuliskannya secara sistematis.

Proses ini mendorong seorang penulis terbiasa berpikir positif. Proses menulis dapat pula melahirkan jiwa struggle dan kompetitif. Sikap itu diperlihatkan agar tulisannya menjadi layak muat, terus berusaha tahan uji, serta tidak lekas bosan atau menyerah.

Guru merupakan bagian komunitas cendekia yang dinantikan kreativitas dan hasil pemikiran-pemikirannya yang inovatif dan memberi pencerahan bagi masyarakat. Untuk menyosialisasikan, menguji, dan mendapat pengakuan masyarakat, hasil penelitian dan pemikiran tersebut harus dibubuhkan dalam bentuk tulisan.

Melalui media cetak salah satunya, hasil tulisan itulah disebarluaskan untuk dibaca dan diuji oleh publik. Dengan menulis pula, guru turut berkontribusi dengan berbagi pengalaman, merajut silaturahim, serta membangun basis nilai dan budaya di masyarakat. (**)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar